Bahlil Sebutkan Kurangnya SDM Berkualitas Halang Hilirisasi: Harus Berbesar Hati Terima dari Luar
Menteri Investasi sekalian Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan salah satunya rintangan yang ditemui pemerintahan dalam menggerakkan hilirisasi ialah persiapan sumber daya manusia (SDM) di Tanah Air.
Oleh karenanya, dia mengatakan, Indonesia perlu mengoptimalkan sumber daya yang ada. Disamping itu, bangsa ini harus berbesar hati bila ada tenaga asing yang bekerja karena kurangnya SDM yang sama sesuai penuhi kwalifikasi pada proses hilirisasi itu.
“Kita ini tidak boleh pesimis. Indonesia harus siap ke arah hilirisasi. Taktiknya, optimalkan tenaga dalam negeri yang telah ada. Jika tidak ada, kita harus berbesar hati terima di luar (negeri),” kata Bahlil dalam info sah.
Info sah itu disarikan dari pidato ilmiah Bahlil di depan 1.200 mahasiswa dengan judul “Alih bentuk Ekonomi lewat Hilirisasi dengan Kearifan Lokal” di Universitas UI Depok, Jawa Barat.
Menurutnya, daripada anti-pati dengan tenaga kerja asing yang bekerja dalam negeri, lebih penting ialah pikirkan bagaimana memaksimalkan proses transfer knowledge dalam aktivitas produksi. “Tinggal bagaimana kita lakukan pemercepatan,” tutur Bahlil.
Lebih jauh Bahlil menerangkan jika semenjak periode penjajahan sampai kemerdekaan yaitu tahun 1990-an, wujud mayoritas produk ekspor Indonesia tetap sama, yakni berbentuk komoditas mentah. Maka dari itu, pemerintahan perlu menggerakkan supaya tidak terjerat jadi negara penghasilan menengah (middle penghasilan trap). Hilirisasi juga dipandang jadi jalan keluar tepat.
“Kita harus percaya diri di zaman ekonomi yang gelap. Yang akan datang, kami ingin Indonesia menjadi satu diantara pemain paling besar lewat hilirisasi. Bukan hanya ingin hilirisasi, kami ingin investasi yang masuk ke wilayah harus bekerjasama dengan UMKM,” sebut Bahlil.
Hal seirama dikatakan oleh Dekan Fakultas Ekonomi dan Usaha Kampus Indonesia, Tegar Dartanto. Dia mengatakan langkah mewujudkan mimpi Indonesia menjadi negara maju dan keluar middle penghasilan trap dengan lakukan alih bentuk ekonomi.
Karena itu, kata Tegar, hilirisasi mutlak dilaksanakan supaya ekonomi dalam negeri tumbuh, dengan konsep lebih hijau serta lebih terus-menerus. Walau demikian, dia mengingati supaya harus ada nilai lebih lewat hilirisasi. Maknanya, investasi tidak sekedar angka, tetapi yang memberi imbas untuk warga Indonesia.
Dia memberikan contoh pengalaman di periode lalu saat ekspor ekstrak masih masif dan tidak memberi nilai lebih apa saja untuk Indonesia. “Tapi dengan hilirisasi, kita olah dalam negeri, lalu produknya kita ekspor. Mengapa dilaksanakan? Karena nilai imbuhnya akan jatuh di negara kita,” katanya.
Hilirisasi, menurut Bahlil, menjadi satu diantara argumen Indonesia bertahan sepanjang wabah Covid-19. “Ini ialah dari hasil hilirisasi, sampai ekspor kita bertambah mencolok. Di sini ada juga rumor kearifan lokal, di mana investasi arah pada akhirnya ialah pembangunan manusia dan bangsa kita,” kata Tegar.