Perintah Presiden Jokowi untuk Kekacauan Kanjuruhan: Interograsi Cepat, Harus Ada Tanggung Jawab
Pemerintahan pusat langsung turun tangani bencana sepak bola di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang. Kekacauan di Kanjuruhan yang terjadi selesai pertandingan minggu kesebelas Liga 1 2022-2023 di antara Arema FC versus Persebaya menyebabkan jatuhnya korban jiwa sekitar 129 orang dan 80 yang lain dirawat. Menteri Koordinator Sektor Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P., tiba langsung ke Stadion Kanjuruhan, tempat pertandingan Arema FC versus Persebaya. Kehadiran Muhadjir Effendy itu sebagai tindak lanjut dari perintah dari Presiden Joko Widodo, yang menginginkan pemerintahan turut tangani bencana ini.
Muhadjir Effendy sampaikan beberapa pesan dari Presiden Jokowi. “Dari instruksi presiden jelas sudah, menjadi yang pertama pemerintahan benar-benar menyesalkan kejadian ini,” tutur menteri berumur 66 tahun itu. “Ketika kita coba memberi keringanan moment-event laga sepak bola bersamaan dengan usainya Covid-19 ke arah situasi epidemik, kok diwarnai dengan peristiwa benar-benar menyedihkan ini,” ucapnya kembali. Sebagai tindak lanjut perintah Presiden, sekarang ini pemerintahan pusat menuntut dilakukan interograsi dalam pada bencana di Kanjuruhan
Presiden minta interograsi dilaksanakan secara dalam sampai ke akar, sampai diketemukan faksi yang perlu bertanggungjawab atas bencana ini. “Yang ke-2 Bapak Presiden telah memerintah untuk selekasnya dilaksanakan interograsi secepat-cepatnya, dan harus ada yang bertanggungjawab,” katanya.
Bencana Kanjuruhan berawal dengan kekalahan2-3 Arema FC dari si pesaing bebuyutan, Persebaya Surabaya, pada minggu kesebelas Liga 1 2022-2023. Pas sesudah semprit akhir pertandingan Arema FC versus Persebaya dibunyikan, ada banyak supporter yang akan menjumpai pemain. Tetapi, hal itu memancing supporter lain untuk turut masuk secara berdompol ke lapangan. Faksi keamanan coba lakukan penyelamatan dengan menepis supporter yang masuk. Namun, karena jumlah fan yang kebanyakan, faksi keamanan jadi kerepotan.
Untuk merusak keramaian massa, faksi keamanan pada akhirnya tembakkan gas air mata. Gas itu malah membuat kecemasan di podium yang membuat supporter berdesakan keluar stadion untuk menghindar gas. Keputusan yang diambil kewenangan keamanan membuat pembicaraan. Karena, dalam peraturan penyelamatan stadion yang keluarkan FIFA, gas air mata dan alat pengontrol massa dilarang dipakai dalam tempat pertandingan. Dalam pada itu, Panpel Arema FC ikut juga memperoleh sorotan karena dipandang tidak berhasil mengaplikasikan cara mengantisipasi. Walau begitu, Muhadjir Effendy, tidak dapat memberi komentar jauh berkenaan siapa yang perlu bertanggungjawab. “Yang bertanggungjawab belum juga tahu, karena akan diinterograsi,” papar Muhadjir Effendy akhiri.
[ad-2]