Teror Krisis Global 2023 pada Industri Padat Karya, Apindo: PHK Dapat Bersambung

Teror Krisis Global 2023 pada Industri Padat Karya, Apindo: PHK Dapat Bersambung

Ketua Umum Asosiasi Pebisnis Indonesia atau Apindo Hariyadi Sukamdani mengingati jika dampak krisis global 2023 benar-benar riil. Satu diantaranya pada pengurangan agregat keinginan export produk hasil industri padat karya.

“Dituruti dengan PHK (Pemutusan Jalinan Kerja) besar di akhir tahun 2022 yang diprediksikan terus akan bersambung pada tahun 2023,” tutur ia dalam konferensi jurnalis di kantor Apindo, Jakarta Selatan.

Menurut Hariyadi, hal tersebut dapat terjadi bila angka export turun walau belum juga dapat diprediksi. Ia mengharap export dapat sembuh di kwartal ke-2 2023, karena kemungkinan di kwartal pertama export peluang belum juga alami rekondisi.

“Tetapi kwartal ke-2 kita harap ada rebound ini masih tanda pertanyaan untuk permasalahan PHK. Semoga keinginan pada komoditas export kita bertambah hingga memberi imbas positif untuk kita,” papar Hariyadi.

Semenjak awalnya semester dua 2022, Apindo menulis industri padat karya seperti tekstil dan produk tekstil (TPT) dan alas kaki ditempatkan pada pengurangan kebutuhan pasar global, terutamanya dari beberapa negara maju. Di industri TPT dan alas kaki terjadi pengurangan pesanan di antara 30-50 % untuk pengangkutan tahun akhir 2022 sampai kwartal pertama 2023.

“Keadaan itu memaksakan beberapa perusahaan di bidang itu untuk kurangi produksi secara berarti dan berbuntut pada pengurangan jam kerja sampai PHK,” sebut ia.

Hariyadi memvisualisasikan berdasar laporan dari industri garmen, tekstil dan alas kaki terjadi PHK atas 87.236 pekerjanya cuma dari 163 perusahaan. Data itu berlainan sama yang dicatat oleh BPJS ketenagakerjaan yang menulis 919.071 yang alami PHK, karena cairkan dana Agunan Hari Tua sepanjang masa Januari-1 November 2022.

Data itu, Hariyadi menjelaskan, sebagai data yang paling mencukupi untuk sumber info yang benar. Karena, tiap Pekerja BPJS Ketenagakerjaan yang terserang PHK memiliki kepentingan mengambil dana JHT-nya, dibanding data PHK di kementerian dan instansi yang lain yang mengambil sumber dari laporan perusahaan yang umumnya tidak menyampaikannya.

Bila dibanding beberapa tahun awalnya terdaftar PHK beberapa 376.456 di tahun 2019, 679.678 (2020) dan 922.756 (2021). “Prediksi PHK yang masih ada 2 bulan sampai tahun akhir 2022 memungkinkan melewati PHK tahun 2021 karena krisis ekonomi global yang terjadi di akhir tahun 2022,” sebut Hariyadi.

Di lain sisi, ia meneruskan, pembuatan lapangan pekerjaan semakin berkurang karena investasi padat modal dan pendayagunaan teknologi yang peluang akan bersambung di tahun depannya . Maka Apindo memprediksi jika fragmen padat modal ini terus akan jadi membesar dan padat kreasinya akan makin sedikit.

“Ini jadi catatan untuk kita jika apa yang selalu kami berikan dari segi tumbuhnya investasi itu akan terus berlajut. Tetapi dari sisi kualitas peresapan tenaga kerjanya yang kelak akan jadi permasalahan untuk kita,” kata Haryadi.

Apindo mencuplik data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), jika dalam tujuh tahun akhir daya serap pekerja terus alami pengurangan. Sampai tidaklah sampai sepertiganya, dari 4.594 tenaga kerja yang teresap per Rp 1 Triliun Investasi (2013) jadi 1.340 tenaga kerja (2021).

Dengan angkatan kerja 143,72 juta orang di mana 135,30 juta orang bekerja, jumlah pengangguran masih tinggi sekitar 8,42 juta orang berdasar data Badan Pusat Statistik atau BPS masa Agustus 2022. “Pasti benar-benar dibutuhkan pembuatan lapangan pekerjaan yang masif,” papar ia.

 

About admin

Check Also

Tingkatkan lalu lintas situs web dengan konteks berkualitas.

[ad_1] kualitas situs web Periksa situs web untuk konten berkualitas. Informasi harus disajikan dalam bahasa …